Sumber: http://tanahkaro.com/simalem/index.php?option=com_content&view=article&id=216:daur-ulang-sampah-jadi-listrik-di-bali&catid=69:ekonomi&Itemid=195
Ujicoba daur ulang dari sampah jadi energi listrik di tempat penampungan akhir (TPA) Sampah di Suwung, pinggiran kota Denpasar telah menghasilkan dua mega watt (MW). "Uji coba tersebut masih menghadapi kendala kekurangan bahan baku sampah, karena empat kabupaten/kota yang sepakat membuang sampah ke TPA Suwung belum seluruhnya melakukan hal itu," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, empat daerah tingkat II meliputi Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar (Serbagita) telah sepakat membuang sampah ke TPA Suwung yang memiliki daya tampung a 500 ton per hari.
Di TPA tersebut sekarang hanya masuk 100 ton sampah per hari dari Denpasar serta sebagian dari Kabupaten Tabanan dan Badung.
"Kalau semuanya sudah membawa sampah ke TPA Suwung maka listrik dapat dihasilkan dan masalah pencemaran akibat penumpukan sampah bisa teratasi," kata Gubernur Pastika.
PT PLN Distribusi Bali menjalin kerjasama dengan PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) mendaur ulang sampah menjadi energi listrik.
Kerjasama yang saling menguntungkan itu sangat membantu upaya PLN mengurangi porsi BBM dalam membangkitkan listrik.
General Manager PT PLN Distribusi Bali Ir Sudirman dalam kesempatan terpisah sebelumnya mengatakan, energi listrik hasil pendaur ulang sampah seluruhnya sebesar 9,6 mega watt (MW) yang akan dihasilkan hingga tahun 2010.
Upaya tersebut setiap tahunnya akan mempu menghemat penggunaan bbm senilai Rp 180,7 miliar.
Kapasitas listrik sebesar itu dihasilkan secara bertahap sejak 1 Oktober 2008 sebesar dua MW, atau mampu menghemat penggunaan bbbm sebesar Rp 6,1 miliar per tahun.
Tahap kedua ditingkatkan menjadi empat MW pada 1 Juni 2009 atau mampu menghemat sebesar Rp 48,6 miliar pertahun.
Tahap ketiga seluruhnya 9,6 MW diharapkan rampung 1 Juli 2010 yang mampu menghemat sebesar 180,7 miliar pertahun.
Ia berharap pembangunan proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST) di kawasan suwung Denpasar yang menghasilkan energi listrik itu segera masuk dalam sistem kelistrikan di Bali.
Upaya itu memberikan manfaat yang besar dalam menghasilkan energi listrik, disamping mengatasi masalah penyediaan lahan "landfill" untuk pembuangan, penimbunan sampau sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
Pembangunan proyek tersebut menanam investasi sebesar 30 juta dolar AS yang kini sudah mulai ujicoba untuk menghasilkan listrik, dalam tahap pertama sebesar dua MW.
Proyek tersebut dirancang mampu mengelola 800 ton sampah per hari yang berasal dari sisa-sisa yang tidak berguna di empat kota masing-masing Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang tergabung dalam Serbagita.
Pihak investor telah mendatangkan sebuah alat canggih dari Inggris untuk mendeteksi gas yang terkandung dalam sampah sebelum diolah menjadi energi listrik.
Pengelolaan sampah dengan menerapkan teknologi landfill mampu menghasilkan energi listrik, disamping menanganimasalah sampah secara tuntas, yang selama ini penanganannya tidak dapat dilakukan secara tuntas.
Pembangunan proyek yang digarap sejak akhir 2005 di atas lahan seluas sepuluh hektar yang disediakan pemerintah di pinggiran kota Denpasar.
Kehadiran proyek tersebut selain mampu menghasilkan energi listrik, sekaligus mengelola sampah dengan baik, dalam mewujudkan kebersihan lingkungan serta memperbaiki kondisi sekitar tempat penampungan akhir (TPA) sampah di Suwung yang selama lokasinya tercemar akibat sampah yang tidak tertangani (ant)
Ujicoba daur ulang dari sampah jadi energi listrik di tempat penampungan akhir (TPA) Sampah di Suwung, pinggiran kota Denpasar telah menghasilkan dua mega watt (MW). "Uji coba tersebut masih menghadapi kendala kekurangan bahan baku sampah, karena empat kabupaten/kota yang sepakat membuang sampah ke TPA Suwung belum seluruhnya melakukan hal itu," kata Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar Senin.
Ia mengatakan, empat daerah tingkat II meliputi Denpasar, Badung, Tabanan dan Gianyar (Serbagita) telah sepakat membuang sampah ke TPA Suwung yang memiliki daya tampung a 500 ton per hari.
Di TPA tersebut sekarang hanya masuk 100 ton sampah per hari dari Denpasar serta sebagian dari Kabupaten Tabanan dan Badung.
"Kalau semuanya sudah membawa sampah ke TPA Suwung maka listrik dapat dihasilkan dan masalah pencemaran akibat penumpukan sampah bisa teratasi," kata Gubernur Pastika.
PT PLN Distribusi Bali menjalin kerjasama dengan PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) mendaur ulang sampah menjadi energi listrik.
Kerjasama yang saling menguntungkan itu sangat membantu upaya PLN mengurangi porsi BBM dalam membangkitkan listrik.
General Manager PT PLN Distribusi Bali Ir Sudirman dalam kesempatan terpisah sebelumnya mengatakan, energi listrik hasil pendaur ulang sampah seluruhnya sebesar 9,6 mega watt (MW) yang akan dihasilkan hingga tahun 2010.
Upaya tersebut setiap tahunnya akan mempu menghemat penggunaan bbm senilai Rp 180,7 miliar.
Kapasitas listrik sebesar itu dihasilkan secara bertahap sejak 1 Oktober 2008 sebesar dua MW, atau mampu menghemat penggunaan bbbm sebesar Rp 6,1 miliar per tahun.
Tahap kedua ditingkatkan menjadi empat MW pada 1 Juni 2009 atau mampu menghemat sebesar Rp 48,6 miliar pertahun.
Tahap ketiga seluruhnya 9,6 MW diharapkan rampung 1 Juli 2010 yang mampu menghemat sebesar 180,7 miliar pertahun.
Ia berharap pembangunan proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST) di kawasan suwung Denpasar yang menghasilkan energi listrik itu segera masuk dalam sistem kelistrikan di Bali.
Upaya itu memberikan manfaat yang besar dalam menghasilkan energi listrik, disamping mengatasi masalah penyediaan lahan "landfill" untuk pembuangan, penimbunan sampau sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
Pembangunan proyek tersebut menanam investasi sebesar 30 juta dolar AS yang kini sudah mulai ujicoba untuk menghasilkan listrik, dalam tahap pertama sebesar dua MW.
Proyek tersebut dirancang mampu mengelola 800 ton sampah per hari yang berasal dari sisa-sisa yang tidak berguna di empat kota masing-masing Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan yang tergabung dalam Serbagita.
Pihak investor telah mendatangkan sebuah alat canggih dari Inggris untuk mendeteksi gas yang terkandung dalam sampah sebelum diolah menjadi energi listrik.
Pengelolaan sampah dengan menerapkan teknologi landfill mampu menghasilkan energi listrik, disamping menanganimasalah sampah secara tuntas, yang selama ini penanganannya tidak dapat dilakukan secara tuntas.
Pembangunan proyek yang digarap sejak akhir 2005 di atas lahan seluas sepuluh hektar yang disediakan pemerintah di pinggiran kota Denpasar.
Kehadiran proyek tersebut selain mampu menghasilkan energi listrik, sekaligus mengelola sampah dengan baik, dalam mewujudkan kebersihan lingkungan serta memperbaiki kondisi sekitar tempat penampungan akhir (TPA) sampah di Suwung yang selama lokasinya tercemar akibat sampah yang tidak tertangani (ant)
Bookmark this post: |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar