sponsor...

Artikel terbaru.............

20 Agustus 2009

Teknik Penanganan Limbah WASTE TO PRODUCT


Sumber: http://onlinebuku.com/2009/07/15/teknik-penanganan-limbah-waste-to-product/

Sebuah Definisi

Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang berukuran besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa dijadikan makanan laut (seafood).

Banyak crustaceae yang dikenal dengan nama “udang”. Misalnya mantis shrimp dan mysid shrimp, keduanya berasal dari kelas Malacostraca sebagai udang sejati, tetapi berasal dari ordo berbeda, yaitu Stomatopoda dan Mysidaceae. Triops longicaudatus dan Triops cancriformis juga merupakan hewan populer di air tawar, dan sering disebut udang, walaupun mereka berasal dari Notostraca, kelompok yang tidak berhubungan

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Upafilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Caridea

a. Kurang nilai jual

Limbah udang jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, karena selama ini pemanfaatan limbah cangkang udang hanya terbatas untuk pakan ternak saja seperti itik dan tidak memiliki nilai jual yang tinggi, bahkan sering dibiarkan membusuk.

b. Bahan baku

Mengubah limbah - Proses mengubah limbah kulit udang menjadi khitin dan khitosan, Cangkang udang mengandung zat khitin sekitar 99,1 persen.

c. Produk baru

Jika diproses lebih lanjut dengan melalui beberapa tahap, akan dihasilkan khitosan akan dihasilkan khitosan

2. Reduce, recycle dan reuse

Udang adalah komoditas andalan dari sektor perikanan yang umumnya diekspor dalam bentuk beku. Potensi produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Selama ini potensi udang Indonesia rata-rata meningkat sebesar 7,4 persen per tahun. Data tahun 2001, potensi udang nasional mencapai 633.681 ton. Dengan asumsi laju peningkatan tersebut tetap, maka pada tahun 2004 potensi udang diperkirakan sebesar 785.025 ton. Dari proses pembekuan udang untuk ekspor, 60-70 persen dari berat udang menjadi limbah (bagian kulit dan kepala) sehingga diperkirakan akan dihasilkan limbah udang sebesar 510.266 ton.

limbah cangkang udang jika tidak diolah atau tidak diubah menjadi produk baru maka akan merugikan karena selama ini pemanfaatan limbah cangkang udang hanya terbatas untuk pakan ternak saja seperti itik, bahkan sering dibiarkan membusuk. Limbah cangkang udang, jika tidak ditangani secara tepat, akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Maka limbah tersebut dapat diolah menjadi Produk bernilai ekonomi tinggi itu bisa dimanfaatkan sebagai obat antikolesterol, obat pelangsing tubuh, perban penghenti perdarahan, dan bahan kaus yang mampu menyerap keringat yang dapat bermanfaat. Proses dihasikkan dihasilkan khitosan yaitu :

1. Dimineralisasi

Limbah cangkang udang dicuci dengan air mengalir, dikeringkan di bawah sinar Matahari sampai kering, lalu digiling sampai menjadi serbuk ukuran 40-60 mesh. Kemudian dicampur asam klorida 1,25 N dengan perbandingan 10:1 untuk pelarut dibanding kulit udang, lalu dipanaskan pada suhu 90°C selama satu jam. Residu berupa padatan dicuci dengan air sampai pH netral dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 24 jam.

2. Deproteinisasi

Limbah udang yang telah dimineralisasi kemudian dicampur dengan larutan sodium hidroksida 3,5 persen dengan perbandingan antara pelarut dan cangkang udang 6:1. Selanjutnya dipanaskan pada suhu 90°C selama satu jam. Larutan lalu disaring dan didinginkan sehingga diperoleh residu padatan yang kemudian dicuci dengan air sampai pH netral dan dikeringkan pada suhu 80°C selama 24 jam.

3. Deasetilisasi khitin menjadi khitosan

Khitosan dibuat dengan menambahkan sodium hidroksida (60 persen) dengan perbandingan 20:1 (pelarut dibanding khitin), lalu dipanaskan selama 90 menit dengan suhu 140°C. Larutan kemudian disaring untuk mendapatkan residu berupa padatan, lalu dilakukan pencucian dengan air sampai pH netral, kemudian dikeringkan dengan oven suhu 70°C selama 24 jam.

Khitosan memiliki sifat larut dalam suatu larutan asam organik, tetapi tidak larut dalam pelarut organik lainnya seperti dimetil sulfoksida dan juga tidak larut pada pH 6,5. Sedangkan pelarut khitosan yang baik adalah asam asetat.

Pada saat ini khitosan banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, perikanan, dan kesehatan di luar negeri, seperti untuk bahan pelapis, perekat, penstabil, serta sebagai polimer dalam bidang teknologi polimer.Setelah khitosan diperoleh, pada dasarnya semua metode pengawetan kayu, yaitu metode pengawetan tanpa tekanan, metode pengawetan dengan tekanan, metode difusi, dan sap replacement method, bisa dipakai.Aplikasi khitosan sebagai bahan pengawet kayu terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur pelapuk kayu dan beberapa jenis jamur lain, seperti Fusarium oxysporum dan Rhizoctania solani, serta meningkatkan derajat proteksi kayu terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah. Bahkan, kayu yang diawetkan dengan khitosan dengan metode perendaman teksturnya menjadi lebih halus.Ini sesuai dengan sifat khitosan yang dapat membentuk lapisan film yang licin dan transparan. Hal tersebut menunjukkan bahwa khitosan memiliki potensi sebagah bahan finishing yang mampu meningkatkan tekstur permukaan kayu. Untuk kayu-kayu berwarna terang, seperti nyatoh kuning, sengon, ramin, dan pinus, pengawetan dengan khitosan dapat meningkatkan penampilan kayu dalam hal warna kayu menjadi lebih terang. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh zat warna karotenoid yang terdapat pada udang. Namun, untuk mendapatkan hasil yang bagus, dalam proses pengawetan harus diperhatikan mengenai kondisi kayu, metode pengawetan, jenis bahan pengawet, perlakuan sebelum pengawetan terhadap kayu, dan konsentrasi bahan pengawet.

3. Biaya

a. Langsung

Dalam pengolahan produk baru tersebut dengan Dimineralisasi, Deproteinisasi Deasetilisasi khitin menjadi khitosan memerlukan peralatan yang cukup mahal, dan memerlukan bahan-bahan kimia yang tidak sedikit biayanya untuk mengolah limbah tersebu

b. Tak langsung

Biaya tak langsung dalam pengelolaan bahan baku yaitu produk khitosan memerlukan tenaga manusia dan itu merupakan biaya yang tak langsung, dan biaya listrik yang digunakan mengolah produk tersebut

4. Energy

limbah cangkang udang merupakan limbah yang dapat diperbaharui karena limbah tersebut dapat diolah menjadi produk baru dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, namun jika limbah udang tidak ingin diolah atau tidak ingin diperbaharui maka limbah udang tersebut dapat digunakan hanya untuk pakan ternak saja

5. Materi

Pada limbah udang tersebut merupakan bahan baku dari pembuatan obat pelangsing, antikolesterol dll yang bahan bakunya didapatkan dari cangkang udang yang telah diolah dan menjadi zat khitin dan khitosan

6. Ekoefisiensi

Dari produk baru tersebut didapatkan hasil yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia karena dari limbah cangkang udang tersebut yang diolah menjadi produk baru yang mempunyai nilai jual yang tinggi dan juga dapat terciptanya lapangan pekerjaan.

7. Produk baru

Aplikasi khitosan sebagai bahan pengawet kayu terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan jamur pelapuk kayu dan beberapa jenis jamur lain, seperti Fusarium oxysporum dan Rhizoctania solani, serta meningkatkan derajat proteksi kayu terhadap rayap kayu kering dan rayap tanah. Bahkan, kayu yang diawetkan dengan khitosan dengan metode perendaman teksturnya menjadi lebih halus. Dan juga bisa dimanfaatkan sebagai obat antikolesterol, obat pelangsing tubuh, perban penghenti perdarahan, bahan kaus yang mampu menyerap keringat dan untuk hiasan rumah tangga (pernak –pernik)

Bookmark this post:
StumpleUpon Ma.gnolia DiggIt! Del.icio.us Blinklist Yahoo Furl Technorati Simpy Spurl Reddit Google

 

Copyright 2009 All Rights Reserved daurulang.tk