Sumber: http://onlinebuku.com/2009/01/02/pemanfaatan-onggok-fermentasi-sebagai-pakan-ternak/comment-page-1/#comment-1384
Produksi tahu, tempe, tapioca, kecambah, dan huller penggilingan padi pada umumnya banyak diusahakan sebagai industri kecil dan industri rumah tangga seperti pembuatan minyak kelapa di pedesaan. Limbah atau sisa ampasnya masih banyak yang dipasarkan mentahan belum diolah menjadi komoditi produk yang memiliki nilai tambah produksi di pedesaan. Kadang ampas atau limbah produksi pada musim basah tidak laku dijual dan membusuk menjadi kotoran yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Begitu juga sisa-sisa limbah sayuran pasar setiap hari hanya menimbulkan kotoran, belum termanfaatkan dan jumlahnya cukup banyak.
Salah satunya ampas yang tidak terpakai adalah onggok. Onggok yang berasal dari ubi kayu merupakan hasil ikutan padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong (ubi kayu) yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%;air 20,31 % dan abu 4,4%.
Hasil ikutan tanaman ubi kayu sebesar 54,2% digunakan untuk pangan dan sisanya sebesar 19,7% untuk bahan baku industri seperti tepung tapioka, untuk industri pakan ternak (1,8%) dan industri non pangan lainnya (8,5%) serta dieksport (15,8%). Hasil ikutan ubikayu yang banyak digunakan sebagai pakan ternak adalah onggok, dan gaplek afkir. Onggok merupakan hasil ikutan pengolahan agro industri tepung tapioka yang jumlahnya mencapai 19,7% dari total produksi ubi kayu nasional.
Pemanfaatannya sebagai bahan baku pakan dibatasi oleh rendahnya kandungan protein. Onggok hanya digunakan sebagai sumber energi. Salah satu teknologi alternatif dalam upaya peningkatan pemanfaatan onggok sebagai bahan baku pakan ternak, yaitu dengan mengubahnya menjadi produk yang bermutu melalui proses fermentasi. Fermentasi dilakukan secara semi padat dengan menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulum dan campuran urea dan amonium sulfat sebagai sumber nitrogen anorganik. Nilai gizi dari produk tersebut dievaluasi dengan percobaan pemberian pakan menggunakan 144 ekor ayam pedaging umur tiga hari dengan 3 perlakuan pakan yaitu 0 (kontrol), 5,0 dan 10,0% onggok terfermentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan protein sejati onggok terfermentasi meningkat dari 2,2 menjadi 18,4%. Penggunaan10,0% onggok terfermentasi dalam ransum selama 4 minggu percobaan ternyata tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot hidup, konsumsi dan konversi pakan, persentase bobot karkas, bobot hati dan rempela.
Bookmark this post: |
0 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old Comments[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar